Peserta didik adalah manusia dengan segala fitrahnya.
Mereka mempunyai perasaan dan pikiran serta keinginan atau aspirasi. Mereka
mempunyai kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi (pangan, sandang, papan),
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, dan kebutuhan
untuk mengaktualisasi dirinya (menjadi dirinya sendiri sesuai dengan
potensinya).
Dalam tahap perkembangannya, siswa SMP berada pada tahap
periode perkembangan yang sangat pesat,
dari segala aspek. Berikut ini disajikan perkembangan yang sangat erat
kaitannya dengan pembelajaran, yaitu perkembangan aspek kognitif, psikomotor,
dan afektif.
1. Perkembangan Aspek Kognitif
Menurut Piaget (1970), periode yang dimulai pada usia 12
tahun, yaitu yang lebih kurang sama dengan usia siswa SMP, merupakan ‘period
of formal operation’. Pada usia ini, yang berkembang pada siswa adalah
kemampuan berfikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu secara bermakna (meaningfully)
tanpa memerlukan objek yang kongkrit atau bahkan objek yang visual. Siswa telah
memahami hal-hal yang bersifat imajinatif.
Pada tahap perkembangan ini juga
berkembang ketujuh kecerdasan dalam Multiple Intelligences yang
dikemukakan oleh Gardner (1993), yaitu: (1) kecerdasan linguistik (kemampuan
berbahasa yang fungsional), (2) kecerdasan logis-matematis (kemampuan berfikir
runtut), (3) kecerdasan musikal (kemampuan menangkap dan menciptakan pola nada
dan irama), (4) kecerdasan spasial (kemampuan membentuk imaji mental tentang
realitas), (5) kecerdasan kinestetik-ragawi (kemampuan menghasilkan gerakan
motorik yang halus), (6) kecerdasan intra-pribadi (kemampuan untuk mengenal
diri sendiri dan mengembangkan rasa jati diri), kecerdasan antar pribadi
(kemampuan memahami orang lain).
2. Perkembangan Aspek
Psikomotor
Aspek psikomotor merupakan salah satu aspek yang penting
untuk diketahui oleh guru. Perkembangan aspek psikomotor juga melalui beberapa
tahap. Tahap-tahap tersebut antara lain:
a. Tahap
kognitif
Tahap
ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan lambat. Ini terjadi
karena siswa masih dalam taraf belajar untuk mengendalikan gerakan-gerakannya.
Dia harus berpikir sebelum melakukan suatu gerakan. Pada tahap ini siswa sering
membuat kesalahan dan kadang-kadang terjadi tingkat frustasi yang tinggi.
b. Tahap
asosiatif
Pada
tahap ini, seorang siswa membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk memikirkan
tentang gerakan-gerakannya. Dia mulai dapat mengasosiasikan gerakan yang sedang dipelajarinya dengan gerakan yang
sudah dikenal. Tahap ini masih dalam tahap pertengahan dalam perkembangan
psikomotor. Oleh karena itu, gerakan-gerakan pada tahap ini belum merupakan
gerakan-gerakan yang sifatnya otomatis. Pada tahap ini, seorang siswa masih
menggunakan pikirannya untuk melakukan suatu gerakan tetapi waktu yang
diperlukan untuk berpikir lebih sedikit dibanding pada waktu dia berada pada
tahap kognitif. Dan karena waktu yang diperlukan untuk berpikir lebih pendek,
gerakan-gerakannya sudah mulai tidak kaku.
c. Tahap otonomi
Pada tahap ini, seorang siswa telah mencapai
tingkat otonomi yang tinggi. Proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun
dia tetap dapat memperbaiki gerakan-gerakan yang dipelajarinya. Tahap ini
disebut tahap autonomi karena siswa sudah tidak memerlukan kehadiran instruktur
untuk melakukan gerakan-gerakan. Pada tahap ini, gerakan-gerakan telah
dilakukan secara spontan dan oleh karenanya gerakan-gerakan yang dilakukan juga
tidak mengharuskan pembelajar untuk memikirkan tentang gerakannya.
3.
Perkembangan Aspek Afektif
Keberhasilan proses pembelajaran juga ditentukan
oleh pemahaman tentang perkembangan aspek afektif siswa. Ranah afektif tersebut
mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Bloom
(Brown, 2000) memberikan definisi tentang ranah afektif yang terbagi atas lima
tataran afektif yang implikasinya dalam siswa SMP lebih kurang sebagai berikut:
(1) sadar akan situasi, fenomena, masyarakat, dan objek di sekitar; (2)
responsif terhadap stimulus-stimulus yang ada di lingkungan mereka; (3) bisa
menilai; (4) sudah mulai bisa mengorganisir nilai-nilai dalam suatu sistem, dan
menentukan hubungan di antara nilai-nilai yang ada; (5) sudah mulai memiliki
karakteristik dan mengetahui karakteristik tersebut dalam bentuk sistem nilai.
Pemahaman terhadap apa yang dirasakan dan
direspon, dan apa yang diyakini dan diapresiasi merupakan suatu hal yang sangat
penting dalam teori pemerolehan bahasa kedua atau bahasa asing. Faktor pribadi
yang lebih spesifik dalam tingkah laku siswa yang sangat penting dalam penguasaan
berbagai materi pembelajaran, yang meliputi:
1. Self-esteem,
yaitu penghargaan yang diberikan seseorang kepada dirinya sendiri.
2. Inhibition, yaitu sikap
mempertahankan diri atau melindungi ego.
3. Anxiety (kecemasan),
yang meliputi rasa frustrasi, khawatir, tegang, dsbnya.
4. Motivasi, yaitu
dorongan untuk melakukan suatu kegiatan.
5. Risk-taking, yaitu keberanian mengambil risiko.
6. Empati, yaitu sifat yang berkaitan
dengan pelibatan diri individu pada perasaan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar